Kita sering mengira geografi hanya tentang peta dan batas wilayah, padahal di era Revolusi Industri 4.0, tantangan terbesar kita adalah menyadari bahwa konsep 'ruang' itu sendiri sedang ditulis ulang: sebuah era di mana ruang fisik dan ruang maya menyatu, dan setiap keputusan dari mendesain Smart Home hingga mitigasi bencana menuntut kita untuk menyeimbangkan kedigdayaan teknologi dengan kesejahteraan manusia.

A. Pembangunan Era Revolusi Industri 4.0 (RI 4.0)

Industrialisasi didefinisikan sebagai suatu proses pembangunan yang ditandai dengan perubahan struktural, di mana sumber produktivitas beralih dari sektor pertanian ke industri. Pembangunan industri nasional diarahkan dengan menerapkan prinsip-prinsip pembangunan industri berkelanjutan yang didasarkan pada aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan hidup.

1. Tahapan Evolusi Revolusi Industri

Revolusi Industri 1.0 (1784): Dipicu oleh penemuan mesin uap sebagai pengganti tenaga manusia dan hewan, yang mengubah kehidupan agraris menjadi industri dan manufaktur.

Revolusi Industri 2.0 (1870): Terjadi pada awal abad ke-20 dengan ditemukannya energi listrik dan diciptakannya "lini produksi" (assembly line) menggunakan "ban berjalan" (conveyor belt). Ini mengubah total proses produksi menjadi produksi massal.

Revolusi Industri 3.0 (1969): Ditandai dengan penemuan komputer dan robot yang dapat berpikir secara otomatis. Dunia mulai memasuki era digitalisasi, di mana pekerjaan yang sebelumnya dilakukan manusia dapat dilakukan oleh komputer.

Revolusi Industri 4.0 (Sekarang): Merupakan puncak revolusi industri, yang melahirkan teknologi digital dan berdampak masif. Melibatkan sistem robot, Internet of Things (IoT), dan jaringan. Dampak utamanya adalah meminimalkan peran manusia sebagai operator menjadi seorang ahli dengan kompetensi tinggi.

Implementasi RI 4.0 (Dampak Lingkungan): Salah satu implementasi di Indonesia adalah pembangunan pabrik daur ulang botol PET (Polyethylene Terephthalate) di Cikarang, yang sejalan dengan konsep ekonomi sirkular dan pembangunan industri rendah karbon untuk mendukung target Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

B. Keterkaitan Era Revolusi Industri 4.0 dengan Masyarakat 5.0 (Society 5.0)

Penting untuk dicatat bahwa Masyarakat 5.0 bukan tahapan lanjutan dari Revolusi Industri 4.0. Keduanya memiliki keterkaitan erat, namun merupakan bagian dari konsep evolusi yang berbeda:
Revolusi Industri 4.0: Bagian dari konsep evolusi perkembangan teknologi.
Masyarakat 5.0: Bagian dari konsep evolusi peradaban manusia.

1. Karakteristik Masyarakat 5.0
Masyarakat 5.0 (dicetuskan Jepang) adalah sebutan bagi peradaban yang dapat bertahan dan menyelesaikan tantangan di era RI 4.0 (era teknologi). Konsep ini didasarkan pada dua hal:
Berpusat pada manusia (human-centered).
Berbasis teknologi (technology-based).
Masyarakat 5.0 bertujuan menempatkan keseimbangan peran manusia dengan penggunaan AI dan IoT untuk meningkatkan kesejahteraan manusia.

2. Tahapan Peradaban Manusia (Menurut Keidanren Jepang):

Tahapan peradaban manusia yang melatarbelakangi Masyarakat 5.0 (Masyarakat Pintar) meliputi :
Masyarakat Berburu (M 1.0)
Masyarakat Agraris (M 2.0)
Masyarakat Industri (M 3.0, beriringan dengan RI 1.0 dan 2.0)
Masyarakat Informasi (M 4.0, beriringan dengan RI 3.0 dan 4.0)
Masyarakat Pintar (M 5.0)

C. Perubahan Perilaku Keruangan sebagai Dampak RI 4.0 dan Masyarakat 5.0

Perkembangan ini membawa perubahan signifikan pada perilaku keruangan manusia:

1. Desain Rumah Tempat Tinggal (Smart Home

Konsep rumah pintar (smart home) muncul sebagai wujud transformasi M 5.0. Rumah dirancang dengan bantuan komputer untuk memberikan keamanan, kenyamanan, dan penghematan energi. Penggunaan IoT memungkinkan segala sesuatu di dalam rumah terintegrasi dan dikendalikan melalui ponsel. Konsep keberlanjutan (sustainability) juga diterapkan melalui desain seperti panel surya.

2. Moda Transportasi

Transportasi konvensional berkembang dengan memanfaatkan aplikasi berbasis internet (RI 4.0). Menuju M 5.0, transformasi berfokus pada self-driving vehicle (kendaraan pintar tanpa sopir) dan digitalisasi. Kendaraan pintar dapat mengurangi kecelakaan dan memudahkan mobilitas dengan menggabungkan layanan berbagi mobil, sepeda, dan transportasi umum.


3. Pemanfaatan Energi

Masyarakat 5.0 sangat berkaitan dengan konsep Kota Cerdas (Smart City) yang harus didukung oleh penduduk yang memiliki level Masyarakat 5.0. Konsep energi baru di M 5.0 mengedepankan energi terbarukan sebagai solusi yang lebih ramah lingkungan, mudah diperoleh, aman untuk kesehatan, dan dapat terus diperbarui.


4. Kegiatan Sosial Ekonomi

Masyarakat 5.0 mencapai tingkat konvergensi yang tinggi antara ruang fisik dan ruang maya. Big Data yang diperoleh dari sensor di ruang fisik dianalisis dengan AI di dunia maya, dan hasilnya diumpankan kembali kepada manusia.

Contoh Pemanfaatan: Penggunaan drone untuk survei properti dan pengiriman barang. Pemanfaatan AI-Big Data di bidang pertanian, meliputi analisis kondisi pasar, data pertumbuhan tanaman, dan data meteorologi.

5. Mitigasi Bencana

Masyarakat 5.0 memanfaatkan teknologi dan keaktifan semua sektor untuk menyiapkan kecerdasan big data untuk mitigasi bencana. Upaya penanggulangan meliputi:

Menyediakan informasi bantuan dan tempat penampungan melalui smartphone.
Menemukan korban melalui robot penyelamat.
Pengiriman material bantuan secara optimal melalui drone atau kendaraan pengiriman swakemudi.

Contoh di Indonesia: PetaBencana.id (sebelumnya PetaJakarta.org), sebuah platform online yang mengubah data Twitter menjadi layanan peringatan kritis dan pengumpulan data darurat banjir secara real-time.

6. Tantangan Data di Indonesia

Meskipun ada upaya implementasi, Indonesia masih menghadapi tantangan terkait
Data mining, akurasi, konsistensi, dan kelengkapan data.
Keamanan data dan masalah privasi.
Pertanyaan kunci mengenai masa depan: bagaimana pengetahuan digunakan, dan siapa yang akan memimpin peran dalam pengambilan keputusan (manusia atau AI)

Post a Comment

Terima kasih sudah berkunjung di smartgeo

Lebih baru Lebih lama